Selasa, 10 Mei 2016

WILLY: PROSEDUR ITU PENTING, TAPI TIDAK CUKUP DENGAN ITU

Sebagian kalangan menganggap Pemilu sama dengan demokrasi. Artinya jika Pemilunya semakin baik, maka demokrasinya juga semakin baik. Demikian sebaliknya, jika pemilunya buruk maka demokrasinya akan semakin buruk. Padahal Pemilu tidak sama dengan demokrasi. Pemilu hanyalah salah satu institusi saja dari sekian banyak institusi demokrasi.
Demikian salah satu petikan pemaparan Willy Purna Samadhi pada kuliah tamu Asesemen Kualitas Pemilu di ruang BA 402, Selasa (10/5) kemarin. Willy yang sejak tahun 2002 menggeluti isu demokrasi dan demokratisasi, lebih jauh mengatakan bahwa menyoroti perkembangan demokrasi di Indonesia telah melangkah semakin baik, sayangnya hal itu masih sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi saja. “Demokrasi kita berkembang baru sebatas prosedural saja. Ada hal yang lain yang harus dikerjakan agar lebih substantif. Prosedur itu something, we need more”, kata salah satu penulis buku Demokrasi di Atas Pasir (PCD Press & Demos, 2009) ini. Oleh karenanya ia mengajak semua pihak pro-demokrasi untuk terus-menerus menyuarakan dan menggerakan agar demokrasi Indonesia bergerak ke arah yang lebih substantif.

Dari Pemilu untuk Pemilu ke Pemilu untuk Demokrasi
Willy saat ini menjadi salah satu peneliti pada proyek penelitian Power, Welfare and Democracy (PWD), sebuah kolaborasi proyek penelitian yang digawangi oleh UGM dan Universitas Oslo, Norwegia, dengan sub-tema Local Regime, Welfare Regime, Citizenship dan Asesemen Demokrasi (Baseline Survey). Dalam menjelaskan tema asesmen kualitas Pemilu, ia mengaku tidak terlalu berfokus pada Pemilu saja, tetapi demokrasi secara luas dan substantif. Sebab, menurutnya dengan mengutip pendapat David Beetham, demokrasi pada esensinya adalah popular control of public affairs on the basis of political equality (kontrol publik atas isu-isu publik berdasarkan pada kesederajatan politik-red).
Akibatnya, pemilu hanyalah salah satu dari banyak sekali institusi yang menopang demokrasi. Untuk itu, jika akan mengukur kualitas pemilu haruslah dikaitkan dengan demokrasi secara luas, baik dimensi proses dan hasilnya dalam rentang diantara dua pemilu. Apakah pemilu telah menghasilkan representasi yang demokratik atau tidak, apakah Pemilu juga telah menghasilkan pemerintahan yang akuntabel dan civil society yang bergairah atau tidak, itulah pertanyaan-pertanyaan besar yang Willy ajukan jika akan mengukur kualitas Pemilu dari kacamata David Betham. “Janganlah berpikir Pemilu untuk Pemilu saja, Pemilu Itself”, tegasnya.
SUBHAN PURNO AJI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar