Sebagian
kalangan menganggap Pemilu sama dengan demokrasi. Artinya jika Pemilunya
semakin baik, maka demokrasinya juga semakin baik. Demikian sebaliknya, jika
pemilunya buruk maka demokrasinya akan semakin buruk. Padahal Pemilu tidak sama
dengan demokrasi. Pemilu hanyalah salah satu institusi saja dari sekian banyak
institusi demokrasi.
Demikian salah
satu petikan pemaparan Willy Purna Samadhi pada kuliah tamu Asesemen Kualitas
Pemilu di ruang BA 402, Selasa (10/5) kemarin. Willy yang sejak tahun 2002
menggeluti isu demokrasi dan demokratisasi, lebih jauh mengatakan bahwa menyoroti
perkembangan demokrasi di Indonesia telah melangkah semakin baik, sayangnya hal
itu masih sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi saja. “Demokrasi kita
berkembang baru sebatas prosedural saja. Ada hal yang lain yang harus
dikerjakan agar lebih substantif. Prosedur itu something, we need more”, kata salah satu penulis
buku Demokrasi di Atas Pasir (PCD
Press & Demos, 2009) ini. Oleh karenanya ia mengajak semua pihak pro-demokrasi
untuk terus-menerus menyuarakan dan menggerakan agar demokrasi Indonesia
bergerak ke arah yang lebih substantif.
Dari Pemilu untuk Pemilu ke Pemilu untuk
Demokrasi
Willy saat ini
menjadi salah satu peneliti pada proyek penelitian Power, Welfare and Democracy (PWD), sebuah kolaborasi proyek penelitian
yang digawangi oleh UGM dan Universitas Oslo, Norwegia, dengan sub-tema Local Regime, Welfare Regime, Citizenship
dan Asesemen Demokrasi (Baseline Survey).
Dalam menjelaskan tema asesmen kualitas Pemilu, ia mengaku tidak terlalu
berfokus pada Pemilu saja, tetapi demokrasi secara luas dan substantif. Sebab,
menurutnya dengan mengutip pendapat David Beetham, demokrasi pada esensinya
adalah popular control of public affairs
on the basis of political equality (kontrol publik atas isu-isu publik berdasarkan
pada kesederajatan politik-red).
Akibatnya, pemilu
hanyalah salah satu dari banyak sekali institusi yang menopang demokrasi. Untuk
itu, jika akan mengukur kualitas pemilu haruslah dikaitkan dengan demokrasi secara
luas, baik dimensi proses dan hasilnya dalam rentang diantara dua pemilu. Apakah
pemilu telah menghasilkan representasi yang demokratik atau tidak, apakah
Pemilu juga telah menghasilkan pemerintahan yang akuntabel dan civil society yang bergairah atau tidak,
itulah pertanyaan-pertanyaan besar yang Willy ajukan jika akan mengukur
kualitas Pemilu dari kacamata David Betham. “Janganlah berpikir Pemilu untuk
Pemilu saja, Pemilu Itself”,
tegasnya.
SUBHAN PURNO AJI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar